BUDIDAYA SPIRULINA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Spirulina adalah salah
satu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada rentang kondisi yang luas di
permukaan bumi. Spirulina biasanya ditemukan pada tempat-tempat yang lembab
atau lahan yang sering terkena air dan banyak hidup pada lingkungan berair di
permukaan bumi.Spirulina dapat hidup hampir di semua tempat yang memiliki cukup
sinar matahari, air dan CO2.
Spirulina merupakan
tanaman tertua yang sudah ada di muka bumi sejak 350 juta tahun lalu dan
merupakan makanan yang mengandung nutrisi paling lengkap. Ganggang ini kaya
akan potensi. Selain di bidang kesehatan, spirulina memiliki potensi di bidang
kosmetik, pakan ternak, dan biodiesel.
Mikroalga bersel
silindris dengan dinding selnya yang tipis ini memiliki potensi pengembangan
yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi. Mikroalga
Spirulina dapat mudah dikembangkan dengan lebih cepat dan praktis. Pengembangan
dilakukan menurut dimensi volume, berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi yang
saat ini masih dikembangkan dalam dimensi luas. Pemanfaatan luas lahan yang
sama, dapat memberikan efisiensi yang lebih besar bagi pembudidayaan mikroalga.
Selain itu dengan daur hidupnya yang pendek mikroalga Spirulina mampu
berkembang biak dalam waktu yang singkat, dapat dipanen sekitar 3-7 hari
setelah inokulasi. Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi, misalnya padi paling
cepat membutuhkan waktu sekitar 100 hari untuk dapat dipanen.
1.2
Tujuan
Tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui sejarah ditemukannya spirulina,
- Mengetahui kandungan dan potensi spirulina,
- Mengetahui teknik budidaya spirulina.
BAB
II
SPIRULINA
2.1
Sejarah Spirulina
Spirulina merupakan
tumbuhan air mikroalga (Cyanobacteria) sel berkoloni dan membentuk filamen terpilin
yang menyerupai spiral atau helig. yang telah ada sejak 3.5 milyar tahun yang
lalu dan telah dikonsumsi oleh suku Aztec kuno di Mexico sejak 5 abad yang
lalu. Terdapat ± 2000 jenis spirulina di dunia, dari berbagai penelitian
diketahui bahwa spirulina dari species platensis merupakan spirulina yang aman
untuk dikonsumsi dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Spirulina ditemukan dalam
jumlah yang melimpah di danau oleh para peneliti Perancis pada 1960-an, tetapi
tidak ada referensi untuk penggunaannya di sana sebagai sumber makanan
sehari-hari setelah abad ke-16. Spirulina pertama yang diproduksi dalam skala
besar dikelola oleh Sosa Texcoco, didirikan pada awal 1970-an.
Spirulina mulai dikenal
luas setelah seorang professor Perancis Crammond, menemukan rahasia kekuatan
fisik suku Ganimu yang tinggal di tepi danau Cad Afrika tahun 1963. Penduduk
setempat mengkonsumsi makanan berwarna hijau yang dapat mencukupi gizi yang
dibutuhkan untuk beraktivitas. Setelah diteliti di laboratorium, diketahui
bahwa makanan tersebut adalah spirulina (ganggang hijau).
2.2
Kandungan dan Potensi Spirulina
2.2.1
Kandungan Spirulina
Spirulina adalah sumber
nutrisi 100 persen alami dan makanan yang bersifat alkali. Setiap harinya,
tubuh membutuhkan proporsi makanan seimbang antara 80% makanan ber-alkali dan
20% makanan bersifat asam.
Spirulina memang
memiliki kandungan yang sangat lengkap dan baik untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi manusia. Kandungan Beta-karoten spirulina 25 kali lebih kaya, dan
kandungan yang terdapat pada wortel, dan 100 kali lebih banyak daripada pepaya
(Beta-karoten edalah anti oksidan alami yang bermanfaat untuk melawan kanker;
sakit jantung, AIDS, virus, bakteri, dan meningkatkan pertahanan tubuh bahkan
mampu membantu-korban radiasi nuklir. Vitamin B12 spirulina 25 kali lipat dari
yang terdapat pada hati sapi. B12 penting untuk menambah energi, pertumbuhan,
fungsi syaraf, dan pembersihan internal. Kandungan vitamin E spirulina 3 kali
lebih kaya dari gandum. Spirulina merupakan satu-satunya tumbuhan yang
mengandung GLA (Gamma Liilonenic Acid) yang bisa membantu menurunkan kolesterol
dan tekanan darah tlnggi, dan berbagai penyakit lainnya. GLA,dalam susu ibu
membantu kesehatan bayi. Spirulina memiliki kandungan zat besi 58 kali lebih
banyak daripada sayur bayam dan 18 kali lebih tinggi daripada daging, dan mudah
di serap. Protein Spirulina, dua kali lipat dan kacang kedelai, dan 3 kali
lipat dari sapi, ikan atau telur.
Alga ini mengandungan
berbagai zat gizi seperti protein dapat mencapai 72 %, lipid 8%, karbohidrat
16%,vitamin B1, B2, B6, B12, C, niasin, β karotin dan kandungan asam amino yang
cukup seimbang. Spirulina juga mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu
asam γ-linoleat (GLA), yang merupakan asam lemak majemuk.
Spirulina menyediakan
semua asam amino yang diperlukan tubuh dan dalam bentuk tersebut 5 kali lebih
mudah untuk dicerna dibanding dengan protein kedelai. Spirulina mengandung 8
asam amino essensial dan 10 asam amino non essensial.
Spirulina mengandung
lipopolisakarida sebesar 1,5% bobot keringnya, kandungan lipopolisakarida inilah
yang menjadikan Spirulina digunakan sebagai immunostimulan yang potensial dalam
meningkatkan respon kekebalan tubuh pada ikan. Dinding Spirulina kaya akan
muco-protein meningkatkan lapisan mukus pada kulit ikan yang menyebabkan sirip
ikan lebih sehat, meningkatkan resistensi/ peradangan kulit terhadap serangan
penyakit.
2.2.2
Potensi Spirulina di Bidang Kesehatan dan Kosmetik
Berikut ini beberapa
manfaat spirulina untuk kesehatan:
1. Meningkatkan
imunitas
Ganggang ini dapat
menjadi stimulan penyembuhan kanker lewat kemampuannya meningkatkan daya tahan
tubuh. Spirulina bekerja dengan meningkatkan produksi antibodi, cytokines,
(protein pelawan infeksi), dan sel lain yang meningkatkan imunitas sehingga
membantu menyembuhkan infeksi dan penyakit kronis seperti kanker.
2. Sebagai suplemen
protein
Enam puluh dua persen
spirulina terdiri dari asam amino sehingga kaya akan protein dan nutrisi lain.
Spirulina telah digunakan secara tradisional sebagai suplemen alami bagi orang
yang tidak dapat memperoleh kalori atau protein yang cukup karena diet atau
bagi orang yang membutuhkan nutrisi lebih seperti atlet.
3. Mengatasi anemia
Spiriluna dapat
menstabilkan jumlah sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan hemoglobin.
Selain itu, memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh serta mengurangi efek
samping terhambatnya produksi stem sel atau sel-sel penghasil sel darah. Pada
percobaan terhadap hewan, terlihat bahwa spirulina meningkatkan hematopoiesis
yakni pembentukan sel darah merah. Itu diyakini karena tingginya kandungan zat
besi di dalamnya.
4. Mengatasi alergi
Spirulina melawan reksi
alergi dengan cara mencegah pelepasan histamin atau zat yang menyebabkan gejala
alergi seperti hidung tersumbat dan mata berair.
5. Mengatasi penyakit
yang berhubungan dengan antibiotik
Antibiotik
menghancurkan organisme yang merugikan dalam tubuh namun juga dapat membunuh
bakteri baik yang disebut probiotik seperti Lactobacillus
acidophilus yang terkadang menyebabkan diare. Spirulina terbukti dapat
meningkatkan pertumbuhan L. acidophilus dan
probiotik lain.
6. Mengatasi infeksi
Spirulina memiliki
kemampuan menangkal herpes, influenza, cytomeglovirus,
dan virus HIV.
7. Mengatasi kanker
mulut
Dalam suatu penelitian,
sebanyak 87 orang yang mengunyah tembakau dan mempunyai precancerous lesion
(leukoplakia) diberikan spirulina atau plasebo secara acak. Hasilnya, lesi atau
luka pada mulut pada pemakai spirulina lebih cepat sembuh daripada pemakai
plasebo.
8. Mengatasi kerusakan
lever
Spirulina dapat
membantu melawan perusakan lever dan cirrhosis (gagal lever) pada hepatitis
kronis.
9. Mengurangi risiko
kanker
Spirulina berguna
menunjang fungsi kardiovaskuler dan keseimbangan kolesterol, memperbaiki fungsi
pencernaan, meningkatkan fungsi detoksifikasi serta mengurangi risiko kanker
dengan melindungi tubuh dari radikal bebas.
10. Mengurangi efek
kemoterapi
Spirulina mengurangi
efek yang tidak baik dari kemoterapi, seperti kepala pusing, tidak nafsu makan,
susah tidur, mual, muntah, dan tenggorokan kering.
Selain itu, spirulina dapat
melembapkan dan mengencangkan kulit. Komponen yang diturunkan dari spirulina
juga memiliki kemampuan untuk membantu mengurangi inflamasi seperti arthritis. Ganggang
ini baik untuk dikonsumsi segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa
yang peduli akan kesehatan tubuhnya
2.2.3
Potensi Spirulina Sebagai Pakan Ternak
Spirulina dapat
dimanfaatkan sebagai pakan alami benih ikan. Alga ini mempunyai kandungan gizi
yang tinggi, yaitu protein yang bisa mencapai 70 % dari berat keringnya
sehingga dapat menjadi alternatif bagi makanan kesehatan. Dalam dunia
perikanan, mikroalga ini telah banyak dijual dalam bentuk tepung dan
produk-produk makanan olahan. Tepung seperti ini sudah diproduksi secara
komersial di California, Israel, Jepang, Taiwan dan juga Mexico.
Manfaat lain dari
mikroalga Spirulina adalah sebagai pakan zooplankton, larva udang atau ikan dan
hewan-hewan kecil lainnya. Di Jepang Spirulina diberikan pada ikan mas koki dan
ikan hias lainnya untuk meningkatkan kualitas warna ikan hias tersebut. Hingga
saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina skala massal yang
dilakukan oleh peternak ikan untuk kepentingan pakan alami. Menurut Prof Nyoman
Kabinwa, periset spirulina, perairan Indonesia meliputi perairan tawar, payau,
dan laut berpotensial untuk pengembangan ganggang hijau biru.
2.2.4
Potensi Spirulina Sebagai Biodiesel
Secara teoritis,
produksi biodiesel dari alga dapat menjadi solusi yang realistik untuk
mengganti solar. Hal ini karena tidak ada feedstock lain yang cukup memiliki
banyak minyak sehingga mampu digunakan untuk memproduksi minyak dalam volume
yang besar. Tumbuhan seperti kelapa sawit dan kacang-kacangan membutuhkan lahan
yang sangat luas untuk dapat menghasilkan minyak supaya dapat mengganti
kebutuhan solar dalam suatu negara. Hal ini tidak realistik dan akan mengalami
kendala apabila diimplementasikan pada negara dengan luas wilayah yang kecil.
Berdasarkan
perhitungan, pengolahan alga pada lahan seluas 10 juta acre (1 acre = 0.4646
ha) mampu menghasilkan biodiesel yang akan dapat mengganti seluruh kebutuhan
solar di Amerika Serikat (Oilgae.com, 26/12/2006). Luas lahan ini hanya 1% dari
total lahan yang sekarang digunakan untuk lahan pertanian dan padang rumput
(sekitar 1 milliar acre). Diperkirakan alga mampu menghasilkan minyak 200 kali
lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak
pagar, dll) pada kondisi terbaiknya.
Semua jenis alga
memiliki komposisi kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak
(fatty acids) dan nucleic acids. Prosentase keempat komponen tersebut
bervariasi tergantung jenis alga. Ada jenis alga yang memiliki komponen fatty
acids lebih dari 40%. Dari komponen fatty acids inilah yang akan diekstraksi
dan diubah menjadi biodiesel.
Biodiesel dari alga
hampir mirip dengan biodiesel yang diproduksi dari tumbuhan penghasil minyak
(jarak pagar, sawit, dll) sebab semua biodiesel diproduksi menggunakan
triglycerides (biasa disebut lemak) dari minyak nabati/alga.
Alga memproduksi banyak
polyunsaturates, dimana semakin tinggi kandungan lemak asam polyunsaturates
akan mengurangi kestabilan biodiesel yang dihasilkan. Di lain pihak,
polyunsaturates memiliki titik cair yang lebih rendah dibandingkan
monounsaturates sehingga biodiesel alga akan lebih baik pada cuaca dingin dibandingkan
jenis bio-feedstock yang lain. Diketahui kekurangan biodiesel adalah buruknya
kinerja pada temperatur yang dingin sehingga biodiesel alga mungkin akan dapat
mengatasi masalah ini.
2.3
Budidaya Spirulina
Sama seperti tumbuhan
lainnya, alga juga memerlukan tiga komponen penting untuk tumbuh, yaitu sinar
matahari, karbon dioksida dan air. Alga menggunakan sinar matahari untuk
menjalankan proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses biokimia penting
pada tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri untuk mengubah energi matahari
menjadi energi kimia. Energi kimia ini akan digunakan untuk menjalankan reaksi
kimia, misalnya pembentukan senyawa gula, fiksasi nitrogen menjadi asam amino,
dll. Alga menangkap energi dari sinar matahari selama proses fotosintesis dan
menggunakaannya untuk mengubah substansi inorganik menjadi senyawa gula
sederhana.
Spirulina secara
komersial dapat dibudidayakan melalui dua cara, yaitu sistem kolam terbuka dan
sistem tertutup atau biofance.
1. Sistem
Kolam Terbuka
Alga dapat ditanam di
kolam terbuka dan danau. Penggunaan sistem terbuka ini dapat membuat alga mudah
diserang oleh kontaminasi spesies alga lain dan bakteri. Akan tetapi, saat ini
telah berhasil dikembangkan beberapa spesies alga yang mampu ditanam pada lahan
terbuka dan meminimalisir adanya kontaminasi spesies lain. Misalnya penanaman
spirulina (salah satu jenis alga) pada suatu kolam terbuka dapat menghilangkan
kemungkinan kontaminasi spesies lain secara luas karena spirulina bersifat
agresif dan tumbuh pada lingkungan dengan pH yang sangat tinggi. Sistem terbuka
juga memiliki sistem kontrol yang lemah, misalnya dalam mengatur temperatur
air, konsentrasi karbon dioksida & kondisi pencahayaan. Sedangkan
keuntungan penggunaan sistem terbuka adalah metode ini merupakan cara yang
murah untuk memproduksi alga karena hanya perlu dibuatkan sirkuit parit atau
kolam.
Kolam tempat
pembudidayaan alga biasanya disebut “kolam sirkuit”. Dalam kolam ini, alga, air
dan nutrisi disebarkan dalam kolam yang berbentuk seperti sirkuit. Aliran air
dalam kolam sirkuit dibuat dengan pompa air. Kolam biasanya dibuat dangkal
supaya alga tetap dapat memperoleh sinar matahari karena sinar matahari hanya
dapat masuk pada kedalaman air yang terbatas.
Sebuah variasi kolam
terbuka adalah dengan memberikan atap transparan (greenhouse) diatasnya untuk
melindungi kerusakan alga dari percikan air hujan. Namun begitu, cara ini hanya
dapat diaplikasikan pada kolam terbuka yang berukuran kecil dan tidak dapat
mengatasi banyak masalah yang terjadi pada sistem terbuka.
2. Sistem
tertutup (Biofance)
Alternatif lain cara
pembudidayaan alga adalah dengan menanamnya pada struktur tertutup yang disebut
photobioreactor, dimana kondisi lingkungan akan lebih terkontrol dibandingkan
kolam terbuka. Sebuah photobioreactor adalah sebuah bioreactor dengan beberapa
tipe sumber cahaya, seperti sinar matahari, lampu fluorescent, led.
Quasi-closed systems (sebuah kolam yang ditutupi dengan bahan transparan
(greenhouse) di semua bagian) dapat digolongkan sebagai photobioreactor. Photobioreactor
juga memungkinkan dilakukannya peningkatan konsentrasi karbon dioksida di dalam
sistem sehingga akan mempercepat pertumbuhan alga. Meskipun biaya investasi
awal dan biaya operasional dari sebuah photobioreactor akan lebih tinggi
dibandingkan kolam terbuka, akan tetapi efisiensi dan kemampuan menghasilkan
minyak dari photobioreactor akan lebih tinggi dibandingkan dengan kolam
terbuka. Hal ini akan membuat pengembalian biaya modal dan biaya operasional
dengan cepat.
Pada lahan bekas
pertambangan dapat diterapkan sistem kolam terbuka yang termodifikasi karena
sistem ini lebih cocok dengan kondisi lahan bekas pertambangan dan sistem ini
lebih murah dibandingkan dengan sistem tertutup walaupun sistem kolam terbuka
juga memiliki kekurangan.Dengan demikian pembudidayaan spirulina ini memberikan
beberapa keuntungan sekaligus yaitu lahan bekas pertambangan dapat dimanfaatkan
dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat serta dapat mengurangi
dampak pemanasan global.
Spirulina platensis
merupakan salah satu mikroalga yang bersifat kosmalit yang dapat dibudidayakan
pada medium yang berbeda. Penumbuhan Spirulina platensis memerlukan
ketersediaan unsur hara yang dapat berasal dari bahan kimia maupun larutan
hasil pembusukan atau limbah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini adalah:
1.
Spirulina merupakan tumbuhan air
mikroalga (Cyanobacteria) sel berkoloni dan membentuk filamen terpilin yang
menyerupai spiral/ helig. yang telah ada sejak 3.5 milyar tahun yang lalu dan
telah dikonsumsi oleh suku Aztec kuno di Mexico sejak 5 abad yang lalu.
- Alga ini mengandungan berbagai zat gizi seperti protein dapat mencapai 72 %, lipid 8%, karbohidrat 16%,vitamin B1, B2, B6, B12, C, niasin, β karotin dan kandungan asam amino yang cukup seimbang. Spirulina juga mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu asam γ-linoleat (GLA), yang merupakan asam lemak majemuk.
- Spirulina memiliki beberapa manfaat kesehatan antara lain; meningkatkan imunitas, sebagai suplemen protein, mengatasi anemia, mengatasi alergi, mengatasi penyakit yang berhubungan dengan antibiotik, mengatasi infeksi, mengatasi kanker mulut, mengatasi kerusakan lever, mengurangi risiko kanker, dan mengurangi efek kemoterapi.
- Selain di bidang kesehatan, spirulina memiliki potensi di bidang kosmetik, pakan ternak, dan biodiesel.
5. Spirulina
secara komersial dapat dibudidayakan melalui dua cara, yaitu sistem kolam
terbuka dan sistem tertutup atau biofance.
3.2 Saran
Limbah industri tahu
merupakan salah satu limbah industri yang belum banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat, sedangkan limbah tersebut diperkirakan masih banyak mengadung unsur
hara yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dari jenis tanaman
mikroalga terutama Spirulina platensis. Limbah cair tahu tersebut dapat
dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk sebab di dalam limbah
cair tahu tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh Spirulina platensis.
BAB
1V
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1. 2008. Pelatihan
Teknik Kultur Spirulina platensis Skala Semi Massal dan Potensinya sebagai
Pakan Alami Ikan di Desa Beji Purwokerto. http://pkm.openthinklabs.com/home/contoh-proposal/pkm-m/unsoed/
pelatihan-teknik-kultur-spirulina-platensis-skala-semi-massal-dan-potensi nya-sebagai-pakan-alami-ikan-di-desa-beji-purwokerto.
diakses tanggal 31 Desember 2012.
Anonim2.
2010. Spirulina. http://nuenergy.wordpress.com/tag/spirulina/.
diakses tanggal 31 Desember 2012.
Anonim3.
2012. Manfaat Spirulina untuk Kesehatan.
http://asamuratt.web.id/manfaat-spirulina-untuk-kesehatan/.
diakses tanggal 31 Desember 2012.
Ardiansyah, R. 2011. Membuat Biodiesel dari Tumbuhan Alga. http://rizkiuad.blogspot.com/2012/07/membuat-biodiesel-dari-tumbuhan
-alga.html. diakses tanggal 31 Desember 2012.
Dilham & S, Heri.
2008. Pembudidayaan spirulina di Lahan
Bekas Peti. http://tekameli.multiply.com/journal/item/75/Pembudidayaan-Spirulina-di-Lahan-Bekas-PETI?&show_interstitial=1&u=%2
Fjournal%2Fitem. diakses tanggal 31 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar