Gambar 1.1.
Sherman trap
Mamalia kecil merupakan jenis-jenis mamalia yang memiliki
berat badan dewasanya kurang dari lima kilogram. Beberapa jenis mamalia kecil
dikenal memiliki potensi alamiah sebagai pemencar biji, penyerbuk bunga,
pengendali serangan hama dan juga sebagai makanan bagi karnivora, sehingga
berpengaruh besar dalam proses regenerasi hutan
beserta komposisi aneka jenis flora dan fauna .Contoh mamalia kecil adalah dari ordo
Rodentia seperti tikus, bajing, tupai.
Mamalia paling mudah dilihat di daerah yang relatif
terbuka. Tempat yang baik untuk mencarinya adalah di sepanjang sungai-sungai,
di rumpang-rumpang hutan, sepanjang jalan setapak lebar, atau di bekas
jalan-jalan sarad. Banyak mamalia yang lebih kecil perlu ditangkap untuk
diidentifikasi atau diteliti. Satu dari jebakan yang paling umum digunakan
untuk mamalia kecil seperti tikus, bajing dan cecurut pohon, adalah kandang
perangkap (Payne,dkk., 2000).
Gambar 1.2. Perangkap Mamalia Kecil, collapsible trap (ucdavis.edu, 2010)
Ada beberapa metode yang umum digunakan dalam
inventarisasi mamalia :
1.
Line transect (transek garis)
2.
Trapping (perangkap)
3.
Concentration count (pengamatan
terkonsentrasi)
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat tulis, untuk mencatat hasil
pengamatan
2.
GPS (bila tersedia), untuk mencatat
koordinat lokasi
3.
Perangkap tikus (Collapsible Trap atau
Sherman Trap),
untuk menangkap spesimen mamalia kecil.
4.
Umpan
: Kacang,
kelapa bakar, petis, atau terasi
5.
Kamera, untuk mengambil gambar specimen
dan lokasi pengamatan
6.
Buku catatan lapangan, untuk mencatat
hasil pengamatan
7.
Buku identifikasi mamalia : Panduan
Lapangan Mamalia Di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam.
METODE
Tahapan pertama adalah melakukan
survei lokasi pengamatan, untuk mendapatkan titik untuk penempatan perangkap. Mamalia
kecil yang ditemui diidentifikasi jenisnya dan dihitung jumlah individunya.
Sampel jenis mamalia kecil tersebut diambil dengan perangkap di sepanjang jalur
transek, kemudian diidentifikasi dengan buku “Panduan Lapangan Mamalia Di Kalimantan,
Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam”.
Perangkap yang
digunakan adalah Perangkap yang biasa digunakan adalah collapsible trap / senteg, atau dapat pula menggunakan sherman trap yang terbuat dari alumunium
yang umumnya digunakan untuk mamalia kecil yang hidupnya di dalam lubang. Penangkapan
specimen kali ini dilakukan
dengan menggunakan perangkap tikus yang terbuat dari kawat (collapsible trap) untuk mamalia kecil
yang terutama hidup secara arboreal dan di tanah.
Prosedur
pemasangan perangkap :
- Membuat umpan kelapa bakar dengan menyiapkan kelapa tua kemudian dibakar sampai tercium wewangian khas.
- Kelapa bakar dipotong-potong menjadi potongan yang kecil berukuran kira-kira 1x1 cm
- Pasangkan potongan kelapa bakar tersebut pada perangkap, saat pembuatan dan pemasangan kelapa bakar tidak boleh ada kontak langsung dengan tangan manusia
4. Perangkap terutama diletakkan di
tempat-tempat yang diperkirakan sering disinggahi mamalia kecil, seperti di
bawah pohon, lubang-lubang di tanah, dan tempat tumbuhnya tumbuhan yang menjadi
makanan mereka.
- Pemasangan perangkap dilakukan secara purposive di sepanjang jalur transek (300 meter) dengan jarak antar perangkap 10 meter. Periksa kembali kesempurnaan pemasangan perangkap sebelum ditinggalkan untuk memastikan pemasangan perangkap yang benar dan tidak terhalang kunci perangkap apabila mammalia masuk ke lubang perangkap
- Pasangkan perangkap selama 12 jam, Pengamatan dilakukan dua kali pada pagi (06.00) dan sore hari (18.00).
- Ambilah perangkap setelah 12 jam dan periksa kelengkapan perangkapnya apakah masih terbuka atau sudah menutup dengan terdapat atau tidaknya spesimen didalamnya
(Cara berikutnya 8, 9, 10 hanya dilakukan untuk penelitian berkelanjutan)
- Suntik spesimen dan masukkan ke dalam kantong kain .
- Suntik spesimen dan masukkan ke dalam kantong plastik tambahkan formalin 40 % secukupnya
- Periksa spesimen di laboratorium dan identifikasi menggunakan buku panduan mamalia
- Ulangilah langkah 1-10 untuk siang dan malam berikutnya (4x pengulangan)
Gambar 2.2
Lokasi Pemasangan Perangkap
Keterangan :
ANALISIS
·
Kelimpahan
Kelimpahan
mutlak (Km): jumlah individu satu jenis di seluruh lokasi
Kelimpahan
relatif (Kr): jumlah individu satu jenis dibandingkan dengan jumlah individu
seluruh jenis
Kr = Km suatu jenis x 100%
Km seluruh jenis
·
Frekuensi
Frekuensi
mutlak (Fm): jumlah kemunculan suatu jenis pada petak contoh
Frekuensi
relatif (Fr): jumlah kemunculan suatu jenis dibandingkan dengan jumlah
kemunculan seluruh jenis pada semua petak contoh
Fr = Fm suatu jenis x
100%
Fm seluruh jenis
·
Keanekaragaman
Jenis
Ludwig
dan Reynold (1988) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis mamalia ditentukan
dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon–Wiener dengan rumus :
Keterangan
:
H’
= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
ni
= Jumlah individu setiap jenis
N
= Jumlah individu seluruh jenis
Kriteria
yang digunakan untuk menginterpretasikan
keanekaragaman Shanon-Wiener yaitu :
Tabel 3.1 . Kategori
Nilai Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Nilai Indeks Shanon – Wiener (H’)
|
Kategori
|
<1
|
Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap jenis
rendah dan kestabilan komunitas rendah
|
1 – 3
|
Kenekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis
sedang dan kestabilan komunitas sedang
|
>3
|
Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis
tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
|
·
Distribusi
Jenis
Distribusi
atau kemerataan jenis dianalisis secara deskriptif dan ditentukan dengan
indeks Pielou (Ludwig&Reynold,
1988). Dengan rumus :
Keterangan
:
D
= Kemerataan jenis
H’
= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah jenis
Penentuan
indeks kemerataan ini berfungsi untuk mengetahui kemerataan setiap jenis hewan
dalam areal pengamatan yang ditentukan, sehingga dapat diketahui keberadaan
dominansi jenisnya. Rentang
nilai Indeks Kerataan antara 0-1.
Semakin kecil nilai D,
tingkat kerataan komunitasnya juga semakin kecil yang artinya penyebaran koloni
tidak merata dan sebaliknya semakin besar nilai D, tingkat kerataan komunitasnya semakin tinggi.
Sumber Bacaan
Alikodra, HS.
1990. Pengelolaan Satwa Liar. Bogor . Pusat antar
Universitas Institut Pertanian
Bogor dan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
Odum, E.P. 1993. Dasar- dasar Ekologi. Yogyakarta .
UGM Press.
Ludwig, John A.
and James F. Reynolds. 1988. Statistical
ecology: a primer of methods and computing. Wiley Press : New York, New York.
Payne, J., dkk. 2000. Panduan Lapangan Mamalia Di Kalimantan,
Sabah, Sarawak, dan Brunei Darussalam. Jakarta . Prima Centra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar